Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.

Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.

Bandar Udara Internasional Adisutjipto (atau Adisucipto) (bahasa Inggris: Adisutjipto International Airport) (bahasa Jawa: ꦥꦥꦤ꧀​ꦄꦁꦒꦼꦒꦤ​ꦆꦤ꧀ꦠꦼꦂꦤꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀​ꦄꦢꦶꦱꦸꦠ꧀ꦗꦶꦥ꧀ꦠꦺꦴ, translit. Papan Anggegana Internasional Adisutjipto) (IATA: JOG, ICAO: WAHH) adalah bandar udara utama yang melayani daerah Yogyakarta di Jawa, Indonesia. Bandar udara ini berjarak sekitar 9 KM dari Stasiun Yogyakarta, dan dapat dicapai dalam kurang lebih 20 - 30 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Bandar Udara Internasional Adisutjipto dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo. Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.  

Pada tahun 1942 kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. 

Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang di pimpin oleh Agustinus Adisutjipto.

Pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota C-47 dengan registrasi VT-CLA yang dikemudikan oleh pilot berkebangsaan Australia, matan perwira RAAF, Noel Constantine dengan kopilot berkebangsaan Inggris, yang juga mantan perwira RAF, Roy Hazelhurst. Dalam pesawat tersebut turut pula Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, seorang operator radio Adisumarmo Wiryokusumo, Zainal Arifin dan seorang teknisi berkebangsaan India, Bidha Ram ditembak jatuh oleh pesawat Belanda, P-40 KittyHawk dan jatuh di Dusun Ngoto, Bantul dekat Yogyakarta, Indonesia.[1][2]  Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. 

Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952. Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto.  Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. 

Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya diubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa Pura I.

Bandar Udara Internasional Adisutjipto menjelma menjadi bandar udara internasional pada tanggal 21 Februari 2004. Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sebulan selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia. Sekitar bulan November 2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional.  Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan menghadirkan AirAsia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. 

Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan mengoperasikan Boeing 737-400.  Bulan April 2008, AirAsia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari.  Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta - Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

MASKAPAI PENERBANGAN :

umlah penumpang pesawat terbang yang naik maupun turun di Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta, sepanjang 2016 meningkat sekitar 13 persen dibanding 2015. Penumpang yang tercatat pada penghujung tahun 2016 berjumlah 7.208.557 orang. Sedangkan tahun 2015, tercatat 6.380.336 orang. Berikut ini adalah maskapai yang melakukan penerbangan langsung dari Yogyakarta: 

Maskapai Tujuan AirAsia Kuala Lumpur—Internasional Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda Citilink Balikpapan, Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Malang, Medan, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya Garuda Indonesia Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Malang, Samarinda, Surabaya Indonesia AirAsia Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Singapura Lion Air Balikpapan, Bandar Lampung, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Kupang, Makassar, Mataram—Lombok, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Samarinda NAM Air Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palangkaraya, Palembang, Pangkal Pinang, Pontianak, Tanjung Pinang SilkAir Singapura Sriwijaya Air Balikpapan, Bandar Lampung, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Malang, Surabaya Wings Air Bandung, Cirebon, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Kertajati, Malang, Surabaya XpressAir Banjarmasin, Palembang, Pontianak, Samarinda, Tanjung Pinang

ANGKUTAN UMUM : 

Trans Jogja 1A Prambanan (Klaten)-Adisucipto-JEC Trans Jogja 1B Adisucipto-JEC-Condong Catur Trans Jogja 3A Giwangan-Adisucipto-Jokteng Kulon Trans Jogja 3B Giwangan-Adisucipto-Kotagede DAMRI Adisucipto-Kebumen DAMRI Adisucipto-Magelang DAMRI Adisucipto-Purworejo Kereta api Prambanan Ekspres Kutoarjo-Yogyakarta-Lempuyangan-Maguwo-Klaten-Solo.

Posting Komentar

0 Komentar